Bagi kamu yang tinggal di kota besar, bahan makanan organik tentu tidaklah asing. Memang bahan makanan organik lebih dari sekadar tren belaka. Semakin banyak orang memahami bahaya pestisida bagi kesehatan. Tak terkecuali produsen tahu dan tempe, mengingat Indonesia merupakan negara produsen tempe terbesar di dunia.

Nurul Hidayah Taufik, sangat mempedulikan kemurnian kandungan produk makanannya.Awalnya, Nurul ingin membantu usaha orangtuanya yang sudah berkecimpung di produksi tahu selama 14 tahun. Setelah memahami bahaya pestisida bagi kesehatan, ia membuat produk baru yaitu tahu organik yang tidak menggunakan bahan kimia dalam proses pengolahannya. Apalagi, ia melihat peluang bahwa belum ada produsen tahu organik di Yogyakarta dan Jawa Tengah. Setelah menerima respon yang cukup baik untuk tahu organik, ia menambah produknya dengan tempe organik.

Pada bulan Mei 2016, Nurul mengajukan pinjaman melalui GandengTangan dan mendapatkan Rp 17juta dari 25 orang pemodal. Ingin menunjukkan komitmen dalam mengembangkan usahanya, Nurul bahkan mengambil cuti kuliah selama satu tahun. Ia semakin serius menggarap Tahu dan Tempe Organik “Pioneer”. Dari mulai memberikan pendampingan dan konsultasi untuk para petani kedelai agar mau mengubah metode bertaninya menjadi organik. Lalu menyediakan alat penyedot air untuk mengalirkan air sesuai dengan kebutuhan sawah. Setelah itu, ia membeli kedelai dengan harga yang lebih tinggi agar dapat meningkatkan kesejahteraan petani.

Tambahan modal yang didapatkan dari GandengTangan ia gunakan untuk menyempurnakan sistem irigasi, serta membeli lebih banyak bibit kedelai dan pupuk organik. Sebanyak 8 orang petani telah bergabung dengan Nurul untuk bertani kedelai organik; meningkatkan hasil panen, hingga mencapai angka 100kg. Nurul pun bisa meningkatkan pendapatan 2 orang karyawannya, sebesar Rp 700ribu per bulan. Salah satu karyawannya adalah penyandang disabilitas, yang diharapkan menjadi lebih mandiri dengan pekerjaan ini.  Selain itu, Nurul Taufik Hidayah telah berhasil menjadi sarjana pada akhir Oktober lalu. Sebuah perjuangan yang tak kenal lelah dari pengusaha muda yang ingin menyejahterakan petani kedelai. Dari total investasi sebesar Rp 30juta, total keuntungan sosial yang dihasilkan hampir mencapai Rp 147juta. Artinya, setiap pinjaman Rp 50ribu telah memberikan dampak sosial senilai Rp 235ribu. Ingin mendukung lebih banyak pengusaha muda Indonesia? Pilih proposal favoritmu disini.

Show Comments (0)
Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *