Usia crowdlending alias pinjaman keroyokan di Indonesia memang masih baru. Pastinya banyak orang bertanya mengenai peran crowdlending untuk ekonomi kita. Tak hanya itu, muncul pertanyaan tambahan seperti relasi crowdfunding dengan crowdlending.
Menjawab pertanyaan-pertanyaan mengenai peran crowdlending ada baiknya kita dengarkan pendapat tokoh atau individu yang berpengalaman. Nah, saat launching GandengTangan pada Maret 2015 lalu, ternyata Pak Emil Salim (Mantan Menteri dan Ketua Dewan Pertimbangan Presiden SBY) memberikan pendapatnya mengenai crowdlending.
“Crowdlending adalah satu perubahan pandangan dalam pembangunan. Biasanya pembangunan ekonomi mengejar untung, tapi pendekatan ini berfokus pada social benefit, mengejar manfaat sosial bukan manfaat pribadi,” jelas Pak Emil.
Mantan Menteri Lingkungan Hidup era Presiden Soeharto ini juga mencermati pentingnya peran anak muda dalam crowdlending. Menurutnya anak muda akan lebih mudah mendorong perubahan, tak terkecuali dalam ekonomi.
“Semangat muda akan memberikan gairah ekonomi yang lain. Ini sebuah bentuk revolusi berpikir, cara memandang, dan cara membangun yang anak muda pelopori,” tambahnya.
Pak Emil tentu menyambut baik kehadiran GandengTangan sebagai platform crowdlending di Indonesia. Ia juga senang mengetahui bahwa platform ini hadir atas prakarsa anak-anak muda yang ingin mendorong perubahan.
Pandangan mengenai crowdlending dalam kacamata makro telah Pak Emil sampaikan dengan menarik. Tentu kita juga perlu melihat pandangan dari anak muda yang telah berkecimpung dalam inisiatif yang mendorong wirausaha sosial dengan bantuan teknologi.
Alfatih Timur atau biasa disapa Timi adalah salah satu penggerak perubahan melalui platform crowdfunding yang ia dirikan bernama KitaBisa. Melalui KitaBisa, Timi banyak meyakinkan kita bahwa patungan secara online untuk kebaikan terbukti berhasil di negeri ini. Contoh teranyar adalah keberhasilan KitaBisa bersama Pandji Pragiwaksono dalam menghimpun dana untuk memperbaiki Masjid di Tolikara yang terbakar.
Timi, yang sudah berpengalaman dalam inisiatif crowdfunding mengungkapkan pendapat menarik mengenai crowdlending. Menurutnya kehadiran crowdlending juga penting untuk crowdfunding.
“Crowdfunding hal yang sangat baru. Ada tiga jenis crowdfunding antara lain: donation based, lending (crowdlending), dan equity based. Donation based sudah ada (misalnya KitaBisa), GandengTangan sekarang menginisiasi yang sistem lending. Menurut saya ini bagus banget. Jadinya mengedukasi pasar juga. Memperbesar ‘kue’ yang ada,” jelas Timi.
Sambutan baik Timi atas kehadiran GandengTangan yang mengusung crowdlending tentu penting. Ini juga sebuah pesan bahwa inisiatif crowdfunding dan crowdlending di Indonesia bisa saling kolaborasi untuk kebaikan masyarakat. Masih menurut Timi, kebaikan yang penting untuk kita dorong bersama adalah demokratisasi pasar.
“Kehadiran crowdfunding dan crowdlending penting banget karena mendemokratisasi akses pendanaan. Kalau donasi (crowdfunding) bisa bermanfaat untuk orang-orang yang tidak dapat funding, sehingga publik bisa bersama-sama memberikan pendanaan. Kalau lending akan sangat membantu orang-orang yang tidak bisa mendapatkan pinjaman,” papar alumnus Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia ini.
Timi menutup pendapatnya dengan mengatakan bahwa peluang crowdfunding maupun crowdlending masih besar. Ia sangat optimis dengan masa depan kedua platform ini.
“Menurut saya ini (crowdfunding dan crowdlending) adalah masa depan. Apalagi kini semua orang bisa mengakses teknologi semacam ini dengan internet,” ujarnya.
Pendapat Emil Salim dan Timi meyakinkan kita bahwa baik platform crowdfunding berbasis donasi maupun lending (crowdlending) punya masa depan cerah dan penting di Indonesia. Ikhtiar mendorong perubahan positif melalui crowdfunding dan crowdlending tentu tak bisa berjalan sendiri-sendiri. Kolaborasi dan partisipasi publik jadi kata kunci!
[…] Alfatih Timur alias Timi, pendiri KitaBisa – salah satu platform crowdfunding di Indonesia – menjelaskan mengenai crowdfunding. “Crowdfunding ada tiga jenis yakni yang berbasis donasi, berbasis pinjaman, dan equity based,” ujarnya. […]