Ini cerita tentang Shinta, ibu tiga orang putra di Flores, Nusa Tenggara Timur (NTT) yang sedang menunggu kelahiran anak keempatnya. Walaupun kandungannya yang berusia 5 bulan mulai membesar, Shinta tetap berangkat berladang ke kebun di bukit yang terletak di luar desanya, setiap pagi. Pada suatu hari, dia merasakan sakit yang tidak biasa di sekitar perutnya. Ternyata Shinta mengalami komplikasi, nggak lama kemudian dia keguguran karena terlambat dapat pertolongan dari paramedis.
Ada banyak Shinta-Shinta lainnya di NTT, yang kehilangan bayi, nyawanya sendiri, bahkan keduanya waktu menjalani proses kehamilan dan persalinan. Sebagian besar kasus semacam ini terjadi karena rendahnya kualitas hidup ibu dan anak di sana. Di bawah ini, ada empat fakta kesehatan ibu dan anak di NTT yang bakal bikin kamu paham bahwa kondisi mereka mendesak butuh ditangani.
Kekurangan Energi Kronis
Waktu seorang ibu hamil, ada dua nyawa yang hidup dalam tubuhnya. Artinya, kebutuhan energi ibu hamil lebih besar daripada orang dewasa pada umumnya. Karena itu, ibu hamil harus mendapat asupan makanan yang bernutrisi tinggi dan tidak boleh melakukan aktivitas yang menguras energi. Kekurangan energi kronis saat hamil bisa memicu banyak kondisi kesehatan lain. Yang perlu kita sadari, tingkat kekurangan energi kronis di NTT mencapai 45%, tertinggi se-Indonesia bahkan Asia Tenggara.
Kematian Ibu saat Melahirkan
Selain berisiko terkena kekurangan energi kronis, seorang ibu hamil yang banyak berdiri dan kerja berat juga rentan terkena eklampsia. Ini kondisi yang berbahaya banget untuk kesehatan ibu hamil, bisa bikin mereka meninggal waktu melahirkan. Di seluruh NTT, sebanyak 300 dari 100 ribu ibu meninggal saat melahirkan. Sementara itu, sebanyak 1.300 dari 100 ribu bayi yang lahir di NTT meninggal ketika mereka berusia kurang dari 1 bulan. Tingkat kematian ibu dan anak di provinsi ini tercatat paling tinggi di Indonesia.
Kehamilan yang Berisiko
Dalam sebuah survei yang dilakukan di sejumlah desa di NTT, terungkap bahwa 25% ibu hamil di sana berada dalam kondisi yang berisiko tinggi. Jika dirunut, dalam survei yang sama terungkap bahwa 80% ibu yang sedang dan pernah hamil masih menggarap ladang ketika mengandung. Sebanyak seperempat responden juga punya riwayat keguguran atau janin meninggal di dalam kandungan. Sekitar separuh ibu-ibu yang disurvei menyatakan kalau terbiasa melahirkan di rumah dengan bantuan dukun beranak atau keluarga.
Sulit Akses ke Layanan Kesehatan
Karena fasilitas transportasi umum yang minim, banyak ibu hamil di sana nggak bisa mengakses layanan kesehatan yang berjarak 4-20 km dari rumah mereka. Pilihan kendaraan yang ada itu terbatas, seperti ojek atau truk barang, membuat mereka harus merogoh kantong cukup dalam setiap berangkat yaitu sekitar Rp 60-600 ribu sekali jalan. Karena sumber pendapatan mereka terbatas, layanan kesehatan jadi barang mahal yang nggak terjangkau. Faktor pendapatan yang terbatas ini juga membuat 75% ibu-ibu di NTT yang disurvei bilang mereka nggak bisa ikut program tabungan kehamilan dari pemerintah.
***
Melihat keempat masalah di atas, Azalea Ayuningtyas atau Ayu dan teman-temannya tergerak untuk merintis Du’Anyam. Ini adalah wirausaha sosial yang bertujuan meningkatkan kemampuan finansial para ibu usia hamil di NTT agar dapat mengakses fasilitas kesehatan serta gaya hidup yang lebih sehat terutama pada masa kehamilan. Du’Anyam berfokus kepada penyediaan lapangan kerja alternatif bagi ibu-ibu di NTT dengan mendayagunakan kearifan lokal yang telah dimilki masyarakat, yaitu anyaman daun lontar.
Saat ini Du’Anyam mendampingi 30-40 ibu di Desa Duntana Lewoingu, Flores. Setelah hampir setahun berjalan, ada banyak dampak positif yang terjadi. Yang paling terasa adalah meningkatnya penghasilan ibu-ibu di sana sehingga mereka bisa mengakses fasilitas kesehatan dan menabung untuk persiapan melahirkan. Kesadaran untuk melahirkan di fasilitas kesehatan juga bertambah secara signifikan.
Agar biaya operasional Du’Anyam lebih efisien, Ayu ingin mencari modal untuk membeli sepeda motor. Keberadaan alat transportasi milik sendiri akan membuat mobilitas petugas lapangan Du’Anyam lebih baik dan hemat ongkos. Ayo dukung kerja bersama Ayu dan teman-temannya untuk menangani masalah kesehatan ibu dan anak di NTT dengan memberikan pinjaman modal. Klik di sini untuk tahu lebih banyak!
(shally)