Id.techinasia.com – Isitilah crowdfunding (menggalang dana dari publik) mungkin sudah sering terdengar dengan kehadiran beberapa website crowdfunding di luar negeri seperti Kickstarter dan Indiegogo. Di Indonesia sendiri juga sudah ada beberapa startup yang bergerak di bidang tersebut, yakni KitaBisa, Wujudkan, dan Crowdtivate.
Bagaimanapun, sistem crowdfunding hanya berlaku satu kali atau ‘habis pakai’, dalam artian para donatur perlu memberikan dana berulang-ulang untuk proyek berbeda. Agar dana yang didonasikan lebih sustainable dan membantu lebih banyak inisiatif sosial yang berbeda, Jezzie Setiawan dan Nur Roni Dinnurohman berinisiatif untuk mendirikan layanan peminjaman dana, GandengTangan.
GandengTangan merupakan platform crowdlending (meminjam dana dari publik) yang ditujukan bagi pemilik usaha sosial yang sedang membutuhkan modal. Berbeda dengan crowdfunding, dalam sistem crowdlending, dana yang disumbangkan oleh para donatur nantinya akan dikembalikan lagi secara berkala oleh para peminjam. Dengan cara ini, para donatur bisa meminjamkan modal lagi kepada para pemilik usaha lain.
Tanpa bunga pinjaman dan fleksibilitas angsuran
Para pemilik usaha sosial yang ingin menggunakan layanan GandengTangan perlu mengajukan proposal terlebih dahulu. Beberapa persyaratan yang harus dipenuhi antara lain usaha harus berlandaskan sosial, memiliki model bisnis atau alur pemasukan yang jelas, minimal sudah berjalan selama enam bulan, dan tidak dalam posisi bangkrut.
Apabila proposal diterima, peminjam bisa meluncurkan proyeknya dan melakukan kampanye penggalangan dana dengan durasi maksimal hingga 45 hari. Para pemilik usaha tidak akan dikenakan bunga pinjaman sama sekali. Bagaimanapun, pihak GandengTangan akan mengambil potongan sebesar lima persen dari total pinjaman.
Disamping itu, para peminjam wajib menyetujui permonohan auto-debit untuk pembayaran angsuran pinjaman. Untuk memastikan proyek benar-benar berjalan dan pemilik usaha sosial sanggup mengembalikan dana yang telah didapat, Jezzie menjelaskan bahwa proposal usaha harus melalui persetujuan pertanggungjawaban dari pihak-pihak tertentu seperti dari pemerintahan atau dari lembaga LSM tertentu. Peminjam yang merasa keberatan untuk membayar angsuran, bisa melakukan rekonstruksi pinjaman dengan menambah jangka waktu pinjaman dan menurunkan nilai angsuran. Dan apabila tidak sanggup membayar angsuran, jalan terakhir yang akan ditempuh adalah melikuidasi semua aset yang dibeli dengan pinjaman tersebut.
Para donatur yang berminat memberikan donasi perlu mendaftar terlebih dahulu. Setelah itu, mereka harus melakukan sejumlah deposit dengan angka minimal Rp 50.000. Dana yang telah didonasikan akan dikembalikan secara otomatis ke deposit donatur untuk nantinya bisa disumbangkan ke inisiatif sosial lain atau dicairkan (withdraw).
GandengTangan menambahkan sedikit sistem gamification, yang mana nantinya para donatur akan mendapatkan reward dari setiap donasi yang diberikan. Hal ini tentunya bukan menjadi alasan yang kuat untuk memberikan donasi, apalagi bagi para pengguna yang memiliki jiwa sosial yang kurang.
Targetkan 17.000 donatur
Tampilan website GandengTangan bisa dibilang cukup menarik. Hal ini lantaran Roni selaku CTO merupakan developer web yang mengklaim memiliki pengalaman selama lima tahun di bidang ini. Sedangkan Jezzie dengan pengalaman selama lebih dari tiga tahun sebagai Credit and Financial Analyst bertanggung jawab sebagai CEO. Selain itu, ada satu orang full timer dan empat orang part timer yang membantu operasi startup ini.
GandengTangan baru resmi diluncurkan pada hari Minggu kemarin (16/3) dan saat artikel ini ditulis baru ada satu proyek usaha sosial yang sedang melakukan usaha peminjaman dana. Jezzie menargetkan dalam dua tahun ke depan, GandengTangan akan melayani sekitar 120 hingga 160 peminjam dan 17.000 donatur.
sumber : id.techinasia.com