(Lima Aksi Yang Bikin Kita Yakin Agradaya Patut Kita Apresiasi Tinggi)

Sebuah surat elektronik (surel) masuk ke kotak masuk GandengTangan. Pengirim surel itu Andhika Mahardika atau biasa disapa Dhika, salah satu pegiat Agradaya. Judul surelnya sederhana, “Perkembangan Project Solar Dryer” tapi isinya tak sesederhana judulnya. Dalam email itu Dhika menjelaskan secara detail apa yang sudah Agradaya lakukan setelah projectnya terdanai melalui sistem crowdlending. Ia juga menjelaskan rencana konkret Agradaya dalam beberapa minggu ke depan.
Surel dari Dhika membuktikan bahwa setelah mendapatkan pinjaman Agradaya tidak diam saja. Ada tanggung jawab dan kepercayaan yang Agradaya tanggung. Dan anak-anak muda dari Jogjakarta ini tak menyia-nyiakannya. Aksi-aksi Agradaya adalah bukti tanggung jawab atas dana yang mereka terima. Mari kita intip aksi mereka setelah projectnya terdanai di bawah ini:

 

Berkonsultasi dengan Profesional Pembuat Solar Dryer

Membuat Solar Dryer House (SDH) seperti yang Agradaya cita-citakan tidak semudah membuat mie instan. Eh sebentar-sebentar, Solar Dryer itu apa sih sebenarnya? Solar Dryer adalah ruangan atau tempat tertutup untuk mempercepat proses pengeringan bahan pangan lokal. Nah teknologinya ini memanfaatkan radiasi matahari. Rumit kan? Makanya untuk instalasi SDH Agradaya berkonsultasi dengan profesional yang telah mengembangkan teknologi ini di Jawa Tengah dan Jogja. Profesional ini bernama Pak Budi, dulunya beliau adalah murid Alm. Prof. Surya, seorang dosen UGM yang berkonsentrasi pada pengembangan SDH.

 

Survei Lokasi Adalah Kunci

Bersama Pak Budi, Agradaya telah mengecek kelayakan lokasi alias survei tempat yang akan mereka gunakan untuk SDH. Survei ini mereka lakukan minggu lalu (minggu keempat Bulan Juni). Agradaya juga sudah menyusun rencana agar SDH bisa berdiri sebelum lebaran tahun ini. Hmmm… jadi curiga, jangan-jangan mau dipake buat mengeringkan ketupat sama opor ayam juga nih.

 

Belanja Bahan Juga Sudah

Karena bikin SDH tidak semudah masak mie instan maka butuh bahan-bahan untuk membangunnya. Apa saja bahan-bahannya? Ada baja ringan, poli karbonat, dan seng galvanis. Ternyata Agradaya juga sudah bergerak cepat membeli bahan-bahan yang mereka perlukan. Melihat kecepatan dan kesigapan menyiapkan pembangunan SDH kayaknya kita optimis target selesai sebelum lebaran bisa tercapai!

 

Bergandengan Tangan dengan Warga Lokal

Semangat Agradaya memang selalu memberdayakan warga lokal. Ibaratnya semangat selalu bergandengan tangan dengan warga lokal sudah ada dalam darah mereka. Saat pembuatan SDH pun Agradaya tetap menggunakan semangat berdaya bareng warga. Warga lokal akan banyak Dhika dkk libatkan dalam membuat SDH ini, mau tahu alasannya? “Biar warga memahami cara kerja dan instalasinya, sehingga bisa berkelanjutan ke depannya,” tulis Dhika di surelnya. Salut!

 

Target Jelas dan Terukur

Agradaya percaya bahwa wirausahawan sosial juga harus punya target yang jelas dan terukur. Maka selain membangun infrastruktur fisik lewat pembangunan SDH mereka juga telah menyusun target-target terukur dari penggunaan alat itu. Untuk jangka pendek SDH mereka gunakan untuk mengiringkan emping melinjo hasil olahan ibu-ibu di Desa Sendangrejo, Jogja. Apa target jangka panjangnya? Agradaya ingin mengembangkan bisnisnya, sehingga SDH pun mereka gunakan untuk mengeringkan sayur-sayuran, buah, dan rempah. Ternyata Amerika, Eropa, dan Thailand tertarik dengan hasil olahan-olahan buah atau sayuran semacam ini. Agradaya benar-benar mengadopsi pepatah think globally, act locally!

 

Di akhir surelnya Dika juga mengapresiasi rekan-rekan yang telah membantu project ini sampai terdanai. Kini, tugas kita bersama untuk terus mengawal dan bergandengan tangan membantu kelancaran project ini. Langkah awal untuk terus mendampingi project Agradaya adalah dengan mengabarkan berita positif ini ke banyak orang. Kini, kamu bisa ambil langkah simpel dengan membagikan artikel ini ke kanal media sosial  yang kamu miliki, tinggal satu klik kamu bisa ikut mengawal perkembangan project ini!

Show Comments (2)
2 Comments
  • consrangaxe.science
    5 November 2015 at 06:06

    Konkret, konkret, konkret! Mungkin itu prinsip kerja Mama Tata, buktinya beberapa saat setelah projectnya terdanai ia langsung membeli peralatan dan perlengkapan pendukung untuk pasca panen sorgumnya. Barang-barang yang ia beli antara lain dacing penimbang, terpal, dan karung-karung untuk sorgumnya.

    Reply
  • […] Contohnya adalah wirausahawan sosial Asri Saraswati dari Agradaya yang bergerak bersama pengrajin emping di Sleman. Selama ini, Agradaya kewalahan memproduksi emping sesuai permintaan pasar karena kapasitas pengeringan yang terbatas. Padahal, emping produk Agradaya yang berkualitas tinggi ini diminati sampai ke pasar internasional. Berkat kucuran modal dari para pemberi pinjaman di GandengTangan.org, Agradaya kini sedang membuat solar dryer untuk meningkatkan produksi empingnya. […]

    Reply
Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *