Kalau kamu anak pertama, kamu pasti ngerasain gimana yang namanya berjuang – tidak hanya untuk dirimu sendiri, tapi juga memberi contoh kepada adik-adikmu. Bu Mardiana yang berasal dari Sulawesi Selatan, bahkan punya 6 adik yang harus dibimbing! Sedihnya, sejak beliau remaja, ayah beliau menderita sakit yang menyebabkan lumpuh dan tidak dapat bekerja. Bu Mardiana pun harus menumpang di rumah orang tua asuh agar bisa mendapatkan pendidikan yang layak. Lulus SMU, beliau masih harus bekerja agar dapat membiayai kuliah dan kebutuhan keluarga. Banyak pekerjaan beliau coba untuk bisa memenuhi kebutuhan finansial, dari mulai berjualan roti, kontainer jagung, dan lain-lain.
Tapi ada satu mimpi yang tak pernah terlupakan: menjadi pengusaha. Bu Mardiana ingin memberikan manfaat kepada masyarakat, dan menurutnya cara terbaik adalah dengan menjadi pengusaha. Sambil mengumpulkan modal, beliau dan suami bergantian bekerja part time. Ketika Bu Mardiana memiliki pekerjaan yang baik, maka sang suami yang belajar berwirausaha; dan demikian pula sebaliknya. Mereka juga melakukan riset pasar untuk menemukan suatu produk yang dibutuhkan oleh masyarakat; dan mereka ingin menjadi pionir terutama di lingkungan mereka.
Tahun 2010, barulah Bu Mardiana dan suami menemukan suatu hal yang belum ada di Sulawesi Selatan. Saat itu, bisnis jamur crispy di Jawa dan Bali sedang booming, sedangkan masyarakat Sulawesi Selatan jarang sekali mengenal jamur sebagai makanan. Mengandalkan internet dan buku, mereka mendapatkan supplier dari Bogor, yang kemudian membantu mereka mengembangkan budidaya. Sampai sekarang, Bu Mardiana belum pernah bertemu dengan supplier lho! Semuanya – dari mulai kerjasama bisnis hingga menjalin pertemanan – dilakukan lewat telepon.
Dua tahun pertama, semua begitu berat. Lahan, modal, dan kendaraan; semuanya pinjam dari orang lain. Belum lagi, masih harus mengedukasi masyarakat tentang produk kuliner dari jamur. Jamur yang tidak laku dijual dan harus dibawa pulang kembali, sudah menjadi ‘makanan’ sehari-hari bagi Bu Mardiana dan suami.
Barulah pada tahun 2013, keadaan perlahan membaik. Mereka kemudian bisa menghasilkan jamur hingga 35kg/hari, sementara permintaannya mencapai 150 kg/hari! Bu Mardiana sudah mulai bisa tersenyum mengingat kerja kerasnya mulai memberikan hasil.
Tentu saja, Bu Mardiana masih ingat akan tujuan awalnya menjadi pengusaha, yaitu memberi manfaat kepada orang banyak. Hal ini juga yang melatarbelakangi kepindahan dari Desa Taeng, Kec. Pallangga, Kabupaten Gowa; ke Dusun Sampakan, Desa Simbang, Kec. Simbang, Kabupaten Maros. Kalau sebelumnya beliau memiliki 7 orang pekerja, harapannya di tempat baru ini, bisa merekrut sekitar 7-8 orang lagi. Ya, beliau sama sekali tidak pelit ilmu karena ingin masyarakat sekitar, terutama yang biasanya hanya menjadi pengangguran, turut berkembang.
Saat ini, beliau membutuhkan bantuan modal untuk memperbanyak rumah jamur. Dengan demikian, jika beliau bisa meningkatkan hasil jamur, beliau bisa menerima lebih banyak pekerja. Jadi, kalau kamu ingin turut mendukung pemberdayaan ekonomi di Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan; inilah waktu yang tepat. Klik di sini untuk tahu bagaimana memberikan dana kepada Bu Mardiana dan Celebes Mushroom Farm.
[…] pekerja dari kelas menengah ke bawah, yang cenderung kurang berpendidikan. Sebagai contoh, Celebes Mushroom Farm yang mengajarkan keahlian bertani jamur bagi ibu rumah tangga di sekitar lokas… Tidak hanya sekadar bekerja, tetapi mereka sedang berusaha meningkatkan taraf hidup keluarga […]