(Terdanai Hanyalah Awal, Perjalanan Timba Masih Panjang)
Sebuah pesan masuk ke telepon seluler penulis, pesan itu hanya berisi satu kata, “Terdanai!”. Penulis melihat nama pengirim pesan, Awaludin Aryanto alias Didin, inisiator proyek Timba di GandengTangan. Seperti bunyi pesannya, kegembiraan Didin tentu muncul karena proyeknya terdanai.
Timba memecahkan rekor proyek paling cepat terdanai. Proyek yang berfokus pada produksi mainan anak-anak ini berhasil terdanai hanya dalam waktu dua minggu. Keberhasilan itu tentu membanggakan, namun Didin tak mau lama-lama terlena dalam keberhasilan.
Beberapa hari setelah terdanai, Didin langsung tancap gas menjalankan rencana-rencana pengembangan Timba. Apa saja yang sudah dan akan Timba lakukan? Berikut ini daftarnya:
Awali Kebahagiaan dengan Mainan Baru
Timba memang memproduksi mainan, tapi mereka tak pernah main-main dalam melakukan sesuatu. Tak butuh waktu lama bagi Didin untuk membuat desain mainan baru setelah dana yang Timba butuhkan terkumpul. Desain mainan baru ini rencananya akan dipamerkan pada akhir Agustus 2015, pameran apa ya? Tengok ke bawah sedikit, nah itu dia informasi pamerannya.
Mewakili Indonesia dalam ASEAN Youth Creative Industry Fair
Prestasi Timba seperti tak ada habis-habisnya. Pasca menjadi salah satu delegasi Indonesia dalam InnovAsean South East Asia Makerspace Summit di Singapura pada Juni 2015, kini Timba menjadi salah satu wakil Indonesia dalam ASEAN Youth Creative Industry Fair 2015. Kegiatan ini akan berlangsung pada 28-31 Agustus 2015 di Kota Tua, Jakarta. Timba terpilih dalam kategori kerajinan bersama dengan 17 creativepreneur lainnya.
Konsep-konsep mainan baru Timba akan mereka presentasikan dan pamerkan dalam kegiatan ini. Momen ini sekaligus kesempatan bagi Timba untuk melebarkan sayap ke kancah internasional. Produk boleh lokal, tapi kualitas dan pasarnya internasional.
Sempurnakan Produk dengan Membeli Alat Produksi
Pernah dengar belt sander, scrollsaw, tablesaw, atau round sander? Semua itu adalah alat produksi yang membantu menyempurnakan produk olahan kayu seperti mainan Timba. Misalnya belt sander, itu adalah sebutan untuk alat yang berguna dalam proses penyempurnaan produk kayu. Dengan membeli alat-alat ini maka produk mainan Timba semakin apik dan ciamik.
Tergalangnya dana pinjaman melalui crowdlending membuat Timba berencana membeli alat-alat produksi tersebut. Tak hanya itu, Timba juga mengalokasikan dana pinjaman yang ia terima untuk membeli printer serta komputer. Semua itu tentu Timba lakukan untuk meningkatkan kualitas produknya. Sekali lagi Timba membuktikan, produknya memang mainan, tapi soal kualitas jangan pernah main-main!
Mengajak Pegiat Kreatif Malaysia ke Jogja
Didin tak hanya berkonsentrasi pada produk. Pembelian alat, desain mainan baru, dan beragam hal lain selalu ia lakukan dengan kolaborasi bersama para pengrajin lokal di Jogja. Kolaborasi Didin dengan pengrajin tak sebatas itu. Ia juga terus berusaha mendorong kolaborasi pengrajin lokal dengan pegiat kreatif,
Adalah Wan Zaleha Radzi (Malaysia) dan Ilham Habibie (Indonesia) dari Culture Arts and Technology Empowerment Community (CATEC) Asia yang berencana mengunjungi pengrajin dan workshop Timba di Jogja. Tentu pertemuan ini penting untuk membuka ragam kemungkinan kolaborasi antara Timba dan CATEC Asia. Yang juga penting adalah interaksi antara pegiat dari CATEC Asia dengan pengrajin lokal adalah bukti bahwa karya pengrajin lokal tak bisa kita anggap remeh.
Upaya yang Timba lakukan pasca terdanai, juga rencana-recananya ke depan membuktikan mereka terus bergerak. Timba tak hanyut dalam euforia setelah proyeknya terdanai. Dua minggu terdanai hanyalah sebuah awal, bukan akhir dari perjalanan Timba. Perjalanan Timba masih panjang. Satu yang pasti para pemberi pinjaman telah memberi “bensin” untuk modal perjalanan Timba ke depan.
Masih banyak wirausaha sosial lain yang juga membutuhkan “bensin” untuk perjalanan mereka ke depan. Pinjamanmu adalah awal perjalanan wirausaha sosial!