Kalau kita mengetikkan kata kunci “Shana Fatina” di internet, Google akan membawakan lebih dari 38 ribu link yang berkaitan dengan wanita berusia 28 tahun ini. Setelah membaca puluhan ribu link itu, kita akan yakin soal konsistensi Shana dalam bergiat di bisnis sosial. Sejak lima tahun ke belakang, ada banyak sekali artikel yang mencatat karya nyata si penggagas dan pemilik Komodo Water ini.
Internet jadi media yang cukup informatif untuk kita kalau mau mengenal Shana yang punya kesibukan seabrek. Maklum, selain mengurusi Komodo Water, dia juga memimpin Tinagas, perusahaan yang mengajak masyarakat untuk menggunakan gas alam yang ramah lingkungan. Dia pun memegang posisi Sekretaris Jenderal di asosiasi pengusaha gas alam terkompresi tingkat nasional. Shana memang punya mimpi besar agar energi terbarukan seperti gas alam jadi pilihan utama di Indonesia.
Walaupun begitu, Shana masih mengurusi Komodo Water dengan serius di antara sederet kesibukannya tadi. Dia rutin mengunjungi Pulau Papagarang dan memastikan pengolahan air bersih di sana berlangsung lancar. Ketika diwawancarai Gandeng Tangan, dia cerita kalau sedang menyusun persiapan untuk perluasan usaha Komodo Water ke tempat baru yang lokasinya masih dicari. Dalam rencananya, Komodo Water sudah beroperasi di lokasi baru paling lambat awal tahun depan.
Semua yang sudah dilakukan Shana bisa jadi membuat kita bertanya tentang bahan bakar yang jadi energi di balik kerja kerasnya selama ini. Di salah satu tulisan yang dia buat sewaktu masih mahasiswa, Shana pernah menuliskan pandangannya soal hidup. Barangkali terdengar sederhana, namun tulus adanya.
Mantan Presiden Kabinet Keluarga Mahasiswa ITB ini menulis, “Mari kita mempertajam peranan dalam sistem semesta, dan bersama-sama mengembalikan keseimbangan untuk keberlanjutan kehidupan semua. If our earth has 6 billion people and good and bad come around all the time, why don’t we choose to be in the good side?”
Keyakinan itulah yang kemudian jadi dasar pilihan-pilihannya dalam hidup. Waktu lulus dari Institut Teknologi Bandung di tahun 2009, Shana bisa mengambil jalur yang dipilih kebanyakan sarjana Teknik Industri lainnya: bekerja di korporasi besar lalu mencapai puncak karir dalam waktu singkat. Hanya saja, sejak 2010 dia memilih untuk mulai membangun Tinagas yang bergerak di bidang energi terbarukan. Dia melihat potensi gas alam di Indonesia jumlahnya sangat besar dan belum banyak tergarap.
Cita-cita untuk memajukan keberlanjutan hidup semua demi keseimbangan alam semesta itu pun yang menjadi semangatnya untuk mendirikan Komodo Water. Usaha ini awalnya dimulai ketika Shana sedang berlibur ke daerah Taman Nasional Komodo dan kebetulan mendatangi desa nelayan terpencil di Pulau Papagarang. Tidak ada sumber air bersih di sini dan beberapa desa lainnya. Mereka bergantung kepada sumber air payau yang airnya tidak layak minum.
Shana teringat teknologi Reverse Osmosis yang bisa menyelesaikan masalah ini. Sekembali ke Jakarta, dia melakukan riset dan survei seputar teknologi ini. Dia juga mengumpulkan dukungan finansial untuk pembuatan instalasi pengolahan air ini. Setelah setahun, dia kembali ke Pulau Papagarang dan mendirikan Komodo Water. Sekarang, Komodo Water jadi penyedia layanan dasar yang melayani hajat hidup 2.800 keluarga di sekitar Pulau Komodo.
Ada banyak lembaga yang mengapresiasi konsistensi dan kerja kerasnya sampai hari ini. Shana pernah mendapatkan penghargaan KAIST Green Business Contest dari KAIST University (2012), Make a Difference Award 2012 dari Hong Kong Institute of Contemporary Culture (2012), Arthur Guiness Fund and British Council – Community Entrepreneur Chalenge Wave II (2011), dan dari LQRA and British Council – E-Idea Competition (2011). Dari kesempatan ini, dia pernah mewakili Indonesia yang belajar soal bisnis sosial ke Inggris Raya di tahun 2012.
Dengan semua yang sudah dia capai, Shana belum mau berhenti meneruskan upayanya mewujudkan keseimbangan di alam semesta. Keinginan Shana untuk memperluas daerah cakupan Komodo Water agar mampu melayani lebih banyak warga jadi buktinya.
“Banyak yang bilang apa yang saya kerjakan ini hanya mendapat keuntungan yang kecil, tapi itu tidak masalah. Saya punya prinsip: lakukan yang terbaik, Tuhan yang menentukan,” katanya.
Karena itu, Shana mengajak kita untuk bergandengan tangan dengan masyarakat di Nusa Tenggara Timur lewat Komodo Water. Dengan menitipkan kepercayaan lewat seorang seperti Shana, kita bisa ikut berkontribusi menjaga keseimbangan alam semesta untuk membangun Indonesia yang lebih baik. Ayo kita sambut ajakan ini sekarang juga!
(shally)
[…] masalah tersebut, Shana Fatina datang membawa harapan baru bagi masyarakat Pulau Komodo. Pada tahun 2010, ia berkunjung ke Pulau Komodo dan melihat masalah air bersih yang susah didapatkan […]
[…] Bandung, tepatnya dari Institut Teknologi Bandung. Dari sekian alumni kampus Ganesha ini, adalah Shana fatina yang memiliki keinginan kuat untuk mengembangkan sumber daya di negeri sendiri. Sangat unik, gadis lulusan teknik industri ini mengaku bahwa ia senang mengembangkan bisnis sosial […]
[…] saat kita hendak membantu Komodo Water maka kontennya pun beragam. Mulai dari profil pembuat project, alasan kenapa proyek ini penting untuk kita dukung, sampai apa pentingnya produk air bersih di […]
[…] masyarakat disana masih kesulitan untuk mendapatkan air bersih.Ditengah masalah tersebut, Shana Fatina datang membawa harapan baru bagi masyarakat Pulau Komodo. Pada tahun 2010, ia berkunjung ke Pulau Komodo dan melihat masalah air bersih yang susah […]
[…] masyarakat disana masih kesulitan untuk mendapatkan air bersih.Ditengah masalah tersebut, Shana Fatina datang membawa harapan baru bagi masyarakat Pulau Komodo. Pada tahun 2010, ia berkunjung ke Pulau Komodo dan melihat masalah air bersih yang susah […]