Fenomena FOMO (Fear of Missing Out) merupakan istilah yang digunakan untuk mendeskripsikan perasaan cemas atau takut ketinggalan informasi penting, terutama yang terkait dengan tren atau aktivitas sosial yang sedang populer. Dalam era digital saat ini, fenomena FOMO sering kali dipicu oleh intensitas penggunaan media sosial. Perkembangan teknologi informasi telah membuat akses ke berbagai konten menjadi sangat mudah. Menurut laporan digital 2021 dari We Are Social, jumlah pengguna internet di Indonesia mencapai 202,6 juta pada tahun 2021. Kemudahan ini juga membawa dampak negatif berupa meningkatnya rasa FOMO.

Terjadinya FOMO di Sekitar Kita

FOMO sering kali muncul ketika seseorang melihat orang lain menikmati pengalaman atau pencapaian yang tidak mereka alami, terutama dalam konteks keuangan. Contohnya, ketika melihat teman-teman atau influencer di media sosial sering membeli barang-barang mewah atau membeli tiket promo liburan mewah, meskipun tidak mampu secara finansial. FOMO ini mendorong seseorang untuk menyisihkan pendapatan hingga terkumpul cukup untuk membeli tiket tersebut, padahal tiket tersebut baru bisa dimanfaatkan setelah 3 tahun kemudian.

Investasi mulai marak di kalangan milenial merupakan salah satu contoh FOMO pada aspek keuangan. Orang yang FOMO akan merasa tergoda untuk ikut-ikutan investasi tanpa mempertimbangkan dengan pikiran yang matang. Hal ini dapat memicu keputusan investasi yang tidak rasional dalam jangka panjang, bahkan sampai ke level yang berisiko.

Baca juga: Jangan Terjebak FOMO dalam Investasi: Tips Menghindari Kesalahan Keuangan

Dampak Negatif FOMO

FOMO dapat memiliki dampak yang signifikan pada kondisi keuangan seseorang. Beberapa dampak negatifnya antara lain:

  1. Pengeluaran Yang Tidak Terkontrol. Ketika terpengaruh oleh FOMO, seseorang cenderung mengikuti tren terbaru atau gaya hidup tanpa mempertimbangkan kemampuan finansial mereka sendiri. Ini dapat menyebabkan pengeluaran yang tidak terkontrol, seperti membeli barang-barang mewah yang tidak perlu.
  2. Penumpukan Utang. FOMO juga dapat menyebabkan seseorang terjebak utang karena terus menuntut diri untuk membeli barang yang sedang tren. Hal ini dapat menambah beban hutang dan mengganggu stabilitas keuangan.
  3. Kurangnya Tabungan Dan Investasi. Akhirnya, FOMO dapat mengarah kepada kurangnya tabungan dan investasi yang strategis. Seseorang yang terus-menerus mengeluarkan uang demi mengikuti tren akan sulit mencapai rencana menabung yang telah dibuat.

Cara Mengurangi FOMO

Beberapa langkah yang bisa diambil untuk mengurangi FOMO antara lain:

  1. Membuat Anggaran yang realistis dan fokus pada apa yang benar-benar penting untuk keuangamu. Daripada membeli barang mewah, lebih baik alokasikan uang untuk investasi jangka panjang atau kebutuhan essensial.
  2. Menggunakan Aplikasi Manajemen Keuangan yang telah berizin OJK untuk berinvestasi secara efektif.
  3. Mengurangi Intensitas Media Sosial seringkali memperkuat FOMO dengan menampilkan gaya hidup yang tampak sempurna dari orang lain. Penting untuk mengurangi intensitas penggunaan media sosial agar tidak menimbulkan keinginan mengikuti gaya hidup orang lain.

Baca juga: Alasan Boneka Labubu Jadi Fenomena Dunia: Penggemar Rela Antri Panjang dan Heboh!

Dengan memahami fenomena FOMO dan dampaknya, masyarakat Indonesia dapat lebih bijak dalam menggunakan media sosial dan mengelola keuangannya. Menghargai pengalaman pribadi dan membangun hubungan yang kuat dengan orang lain akan membantu menciptakan lingkungan sosial yang lebih positif dan sehat.

Show Comments (0)
Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *