Livson (kiri) dengan nelayan pelangi viridis
Livson (kiri) dengan nelayan pelangi viridis

“Maaf baru balas, tadi ada tamu,” kata Livson, pendiri Pelangi Viridis di dalam pesan singkatnya.

Pria asal Jambi ini memiliki inisiatif membantu nelayan kerang agar memiliki penghasilan yang lebih baik. Berbekal pengalamannya terjun di dunia CSR beberapa perusahaan, ia membentuk sebuah komunitas yang mewadahi para nelayan kerang dan ibu-ibu istri nelayan untuk memelihara, mengawasi dan mengupas kerang hijau.

Berikut ini adalah bincang-bincang singkat tim GandengTangan dengan Livson:

Apa latar belakang berdirinya?

Terbentuknya Pelangi Viridis ini diawali dari melihat kondisi nelayan kerang hijau yang rata-rata hanya sebagai buruh nelayan, bukan sebagai nelayan asli. Buruh nelayan ini memelihara bagan milik orang lain. Dengan adanya Pelangi Viridis ini kami bisa memfalisitasi mereka  untuk memiliki bagan sendiri.
Lalu karena melihat peluang untuk pembuatan bagan ini cukup mahal, Pelangi Viridis mencoba memotong mata rantai distribusi bahan baku. Sehingga lebih murah.

Sejak Kapan Anda mulai terjun ke dunia kekerangan ini?

Saya dari tahun 2012 memulai usaha social di bidang kekerangan. Kalau untuk kegiatan masih awalnya dulu masih sendiri-sendiri. Baru tahun ini kita bikin kelompok membuat Pelangi Viridis dengan menyatukan sumber daya yang ada. Ada yang sudah ahli di bidang channeling, pembuatan bahan baku, sehingga kita gabungkan.

Kenapa harus Banten?

Kualitas kerang hijaunya berbeda dengan  wilayah lain. Saya sudah membaca beberapa literatur, kualitas kerang di Serang, Banten ini kadar logam beratnya masih di ambang batas aman sehingga masih layak untuk dikonsumsi. Perarirannya juga cukup jernih karena tidak ada pabrik yang beroprasi (tidak tecemar limbah, red).

Berapa jumlah nelayan dan ibu-ibu pengupas kerang?

Awalnya 50 orang, nelayannya 20 dan ibu2nya 30. Sekarang sudah berkembang, bagannya makin banyak, jumlahnya juga bertambah. Hampir setengah RT rata-rata penduduknya nelayan dan pengupas kerang hijau. Sekarang sudah sampai 100 orang pekerja untuk menjadi nelayan dan pengupas.

Awal memulainya dengan berapa bagan? Dan dalam satu bagan bisa produksi berapa kerang?

Awalnya hanya 5-6 orang yang punya bagan. Satu unit bagan secara kotornya bisa memproduksi sebanyak 5-6 ton kerang. Dengan asumsi cuaca bagus dan pertumbuhannya normal. Jika tidak bisa 3-5 ton satu unit. Satu ember kurang lebih 10 kg. Per kilonya dihargai Rp 1200— tapi kerangnya belum diberishkan. Ini bisa beda kalau sudah dikupas dan dibersihkan.

Penghasilan ibu2 berapa?

Ibu-ibu mengupas dan merebus kerang, nah dagingnya itu setiap hari bisa mendapatkan 5 kg, mereka dibayar perkilonya Rp 2500.

Harapannya?

Kita ingin berkembang dalam artian banyak investasi dari luar, yang menginvestasikan bagannya di Pelangi Viridis, dan pembuatan bagannya juga di sini. Dengan adanya peminjaman dari GandengTangan ini kita ingin membuat modal awal seperti pembelian bahan dasar bagan supaya bisa berjalan.Dan punya satu unit perahu untuk panen dan transportasi perawatan bagan. Lalu nelayan yang tak punya bagan bisa memelihara bagan sendiri.

Show Comments (1)
1 Comment
Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *