Embedded financing, atau pembiayaan terintegrasi, semakin mendapat perhatian di Indonesia. Layanan keuangan diintegrasikan langsung ke dalam proses transaksi atau aplikasi non-keuangan, sehingga pengguna dapat mengakses layanan tersebut tanpa harus keluar dari platform yang mereka gunakan. Menurut Asosiasi Fintech Pendanaan Bersama Indonesia (AFPI), model ini telah berkembang pesat, seiring dengan pertumbuhan sektor e-commerce dan digital di Indonesia.
Pada tahun 2023, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat peningkatan jumlah transaksi embedded financing sebesar 35% dibandingkan tahun sebelumnya. Pertumbuhan ini didorong oleh semakin banyaknya perusahaan teknologi yang mengadopsi model ini untuk meningkatkan pengalaman pengguna. Dengan mengintegrasikan layanan keuangan, perusahaan dapat menawarkan kemudahan dan kecepatan dalam proses pembiayaan. Dengan begitu, secara bersamaan akan meningkatkan inklusi keuangan di kalangan masyarakat.
Selain e-commerce, sektor lain yang banyak mengadopsi embedded financing adalah industri agrikultur. Perusahaan fintech di sektor ini memanfaatkan teknologi untuk memberikan akses pembiayaan kepada petani yang sebelumnya sulit dijangkau oleh lembaga keuangan tradisional. Data dari International Fintech menunjukkan bahwa model ini dapat meningkatkan produktivitas petani hingga 25%, karena mereka kini dapat mengakses modal dengan lebih mudah dan cepat.
Baca juga: Berkenalan Dengan Embedded Finance dari Dunia Fintech
Upaya Pemerintah Mendukung Perkembangan Embedded Financing
Pemerintah Indonesia juga turut mendukung perkembangan embedded financing melalui berbagai program strategis. Salah satunya adalah Program Akselerasi Inklusi Keuangan yang diluncurkan oleh Bank Indonesia dan OJK. Program ini bertujuan untuk meningkatkan akses ke layanan keuangan bagi seluruh masyarakat Indonesia, termasuk melalui platform digital. Pemerintah juga mendukung pengembangan infrastruktur teknologi yang memungkinkan layanan keuangan terintegrasi ini dapat menjangkau lebih banyak orang, terutama di daerah terpencil.
Namun, meski memiliki banyak manfaat, perkembangan embedded financing juga menghadirkan tantangan. Salah satu tantangan utama adalah regulasi. Hingga saat ini, OJK masih terus menyempurnakan aturan untuk memastikan bahwa pertumbuhan sektor ini tetap aman dan terlindungi. AFPI juga berperan aktif dalam mengedukasi masyarakat mengenai risiko dan manfaat dari penggunaan embedded financing.
Sebagai kesimpulan, embedded financing adalah inovasi yang menjanjikan untuk meningkatkan inklusi keuangan di Indonesia. Dengan dukungan program pemerintah dan perhatian terhadap regulasi serta edukasi, Indonesia dapat memanfaatkan potensi penuh dari model pembiayaan ini untuk mendorong pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat.