“Maaf , Mas. Jam 8 –an kurang saja, ya. Saya harus periksa dokter dulu,” balas Nurul Taufik, atau yang biasa disapa Taufik kepada GandengTangan.org melalui pesan singkat ketika diminta wawancara. Waktu masih menunjukkan setengah enam pagi ketika ia membalas pesan singkat. Ia sedang tidak enak badan. Di tengah cuaca yang ekstrem dan aktivitas padatnya sebagai mahasiswa tingkat akhir dan produsen tahu membuatnya kelelahan.

Tidak ada istilah bangun siang bagi Taufik. Setiap paginya ia harus adzan subuh dan membersihkan masjid bersama pemuda lainnya. Setelahnya ia harus mengurusi usaha Tempe Tahu Pioneer-nya, dan yang tidak kalah penting, menyelesaikan skripsinya tentang sistem pembelajaran Al Qu’ran menggunakan Bigbluetooth berbasis internet.

Rutinitas padatnya ini sudah dijalaninya sejak 2013 lalu. Ia memutuskan untuk hidup mandiri dengan meneruskan usaha pabrik tahu dan tempe milik orang tuanya. Niat baiknya tidak hanya untuk membiayai kuliahnya sendiri, tapi juga membantu para petani kedelai organik agar mampu menjual kedelainya dengan harga yang pantas di pasaran.

“Teman saya petani kedelai organik. Saya mau bantu karena pangsa pasarnya lebih besar,” tutur lelaki kelahiran Sukoharjo 24 tahun yang lalu ini.

Melihat ketidakmungkinan merintis usaha sambil nyambi kuliah, Taufik memutuskan untuk cuti satu tahun untuk mengurusi usahanya.

Pulang pergi Sukoharjo-Yogyakarta dengan mengendarai motor selalu ia jalani agar dagangannya diterima. Dari warung sayur sampai ke hypermarket telah ia jejali satu per satu. Sampai detik ini sudah ada 8 warung yang menjual dagangannya. Dalam 10 hari, setiap warungnya bisa menjual sebanyak 25-30 kotak tahu buatan Taufik.

Membantu Petani Kedelai

“Petani kedelai organik kesulitan mendapatkan harga jual yang layak,” jelas Taufik.

Salah satu alasan mengapa Indonesia tidak mandiri dari segi pangan kedelai adalah harga jual yang belum layak. Untuk kedelai biasa saja hanya Rp 5.000-Rp 6.000 (Tribunnews).
Ironisnya, terkadang ini diberlakukan pula pada kedelai organik—yang nilai jualnya lebih tinggi. Inilah yang membuat Taufik tergerak untuk membantu petani kedelai organik di Karanganyar agar mendapatkan pemasukan yang sewajarnya.

Tidak hanya dari segi penjualan, Taufik juga ingin membantu para petani dari segi pemberian pupuk dan pembetulan saluran irigasi.

Pembetulan saluran irigasi berguna untuk menyimpan air agar para petani tidak kesulitan mencari sumber air. Pembelian pupuk juga bertujuan untuk meningkatkan kualitas kedelai.
Taufik juga berniat untuk mengubah pola pembuangan limbah pabriknya. Awalnya hanya dibuang ke sungai, tapi kali ini ia ingin memanfaatkan limbah tahu tersebut sebagai sesuatu yang berguna.

Limbah pabrik tahu terdiri dari 2 macam, limbah berupa ampas dan limbah cair. Limbah ampas tahu nantinya akan dijadikan pakan ternak. Sementara limbar cair akan dijadikan pupuk tanaman di ladang para petani—yang melalui 4 kali proses sanitasi.

Ditolak Berkali-kali

Usaha Taufik untuk memasarkan produknya dalam skala besar selalu gagal. Beberapa hypermarket menolaknya lantaran tak punya sertifikat makanan organik.

“3 hypermarket menolak. Waktu itu pernah hampir kerjasama dengan salah satu di antaranya, tapi ujung-ujungnya ditolak juga,” jelas Taufik sambil tertawa kepada GandengTangan.org.

Taufik juga menambahkan, produknya nyaris mejeng di hypermarket tersebut. Segala macam persyaratan telah ia setujui; dari mulai urusan pajak sampai biaya display produk selama setahun. Sayangnya, hasil nihil kembali ia peroleh ketika persayaratan sertifikasi tak terpenuhi.

Tentu ini bukan semata-mata ambisi pribadi Taufik. Usahanya dalam memasarkan dalam skala nasional adalah caranya membantu para petani kedelai agar mendapatkan penghidupan yang lebih baik. Jika ia berhasil mendapatkan pasar nasional, petani kedelai organik secara otomatis akan mendapatkan pendapatan yang lebih tinggi.

Nurul Taufik. 24 tahun. Seorang mahasiswa yang sedang membuat skripsi. Hidup mandiri dengan usaha Tahu Tempe Organik Pioneer. Sehari-hari mengurusi masjid dan mengumandangkan adzan untuk warga sekitar.

Ia telah melangkah jauh untuk membantu petani kedelai organik. Setiap langkah yang dilaluinya akan terasa ringan jika kamu mau bergandeng tangan bersama-sama, dengan memberikan pinjaman di sini.

Show Comments (0)
Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *