Bayangkan sebuah situasi seperti ini. Saat kamu sedang berjalan-jalan, kamu melihat ada sampah-sampah kecil berserakan. Tapi kemudian kamu mengurungkan diri untuk memungutinya karena berpikir, ‘ah, nanti ada orang yang akan membersihkannya kok.’ Tanpa kamu duga, semua orang juga berpikir demikian – dan tidak ada petugas yang membersihkannya karena tiba-tiba saja sampah itu sudah terlalu banyak jumlahnya!
Setiap agama mengajarkan bahwa tidak ada hal baik yang terlalu kecil untuk diperhitungkan Tuhan. Bahkan menyingkirkan benda tajam dari jalan saja – agar tidak ada kendaraan yang celaka – sudah merupakan suatu pahala tersendiri. Sayangnya, jaman sekarang nih, kebanyakan orang hanya memikirkan keuntungan masing-masing, bahkan ketika hendak berbuat baik.
“Jadi, aku harus memberikan pinjaman untuk project di GandengTangan nih? What’s in it for me?”
Tentu saja kamu bukan kebanyakan orang yang berpikir seperti di atas. Kamu adalah orang-orang pilihan, yang percaya bahwa memberikan kontribusi positif bagi permasalahan sosial, adalah hak setiap orang.
Sama seperti ketika ngobrolin tentang Hari Kartini kemarin. Mungkin sempat ada perdebatan bahwa apa yang ia lakukan belum cukup untuk disebut sebagai aksi kepahlawanan. Tapi kalau ditelusuri lebih lanjut, apa sih makna kepahlawanan itu?
Pahlawan itu se-sederhana seseorang yang memprioritaskan kepentingan orang lain diatas kepentingannya sendiri. Kamu punya kelebihan uang jajan seratus ribu minggu ini. Daripada kamu gunakan untuk ngopi, kamu memilih untuk memberikan pinjaman di GandengTangan. Artinya, kamu sudah menjadi pahlawan bagi project yang kamu danai.
Selain itu, Kartini sejak dulu sudah meniatkan perbuatannya untuk memperbaiki situasi pendidikan untuk perempuan di Indonesia. Meski saat itu dia mungkin belum tahu bagaimana caranya, hingga ‘hanya’ bisa mengirim surat kepada temannya di Belanda. Kamu pun demikian. Saat ini kamu belum tahu apa cara terbaik untuk membantu mengentaskan kemiskinan di Indonesia. Yang kamu tahu, ketika kamu memberikan pinjaman di GandengTangan, kamu membantu satu-dua komunitas untuk lebih mandiri secara ekonomi. Dengan demikian, kamu layak disebut pahlawan karena memiliki visi jangka panjang.
Kembali lagi ke situasi diatas. Misalnya saja, kamu mulai memunguti sampah, dan orang-orang melihatmu. Kamu tetap melakukannya dengan tersenyum, sehingga satu-dua orang tergerak untuk membantumu. Setelah beberapa waktu, sampah sudah jauh berkurang; dan kalian bisa menikmati betapa nyamannya tempat yang bersih. Kamu sendiri merasa lega karena sudah menciptakan lingkungan yang lebih baik, tidak hanya untukmu tapi juga orang lain.
Pahlawan sejati juga memiliki sifat penting itu, yaitu menjadi pionir. Pahlawan tidak berpangku tangan dan menunggu orang lain, tapi ia akan maju lebih dulu. Tak peduli berapa banyak orang yang meremehkan atau hanya diam saja, hal baik tetap harus dilakukan terus-menerus. Kamu yang memiliki jiwa pahlawan hanya berharap; siapa tahu, besok, atau besoknya lagi, banyak orang yang terinspirasi untuk mencontoh aksimu.
Maka dari itu, beruntunglah kita yang hidup pada masa dengan perkembangan teknologi yang sangat pesat. Memunculkan jiwa kepahlawanan, dan menginspirasi orang lain untuk mengikuti jejakmu, jauh lebih mudah untuk dilakukan dengan adanya dukungan media sosial.
Terlebih, adanya Gandeng Tangan membuatmu tidak perlu repot untuk mencari-cari kegiatan bernilai positif yang bisa kamu dukung. Gandeng Tangan sudah melakukan proses verifikasi dan evaluasi untuk memastikan setiap project akan memberikan dampak yang masif dan mendalam bagi komunitas sasaran. Kamu tidak hanya bisa memberikan pinjaman, tapi juga membagikan cerita project tersebut ke jaringan pertemananmu di Internet. Dengan cara ini, kamu dan teman-temanmu bisa sama-sama menjadi pahlawan untuk menyelesaikan masalah kemiskinan. Yuk, pilih project favoritmu di sini.