Film “Home Sweet Loan” hadir sebagai cerminan aspirasi masyarakat Indonesia, khususnya generasi milenial, yang mendambakan memiliki rumah sendiri. Ambisi Kaluna untuk lepas dari belenggu kos-kosan dan memiliki ruang pribadi sangatlah relevan dengan kondisi saat ini di mana harga properti terus merangkak naik.
Apa yang sedang terjadi di Indonesia?
Data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan bahwa harga rumah tapak dan apartemen di kota-kota besar Indonesia mengalami peningkatan signifikan dalam beberapa tahun terakhir. Hal ini semakin mempersempit peluang bagi masyarakat berpenghasilan menengah ke bawah untuk memiliki hunian.
Keterjangkauan menjadi tantangan utama. Tingginya harga properti tidak sebanding dengan kenaikan pendapatan masyarakat. Akibatnya, banyak generasi muda yang menunda pernikahan atau menunda memiliki anak karena terkendala biaya hidup, termasuk biaya perumahan.
Fenomena ini diperparah oleh terbatasnya pilihan pembiayaan. Meskipun berbagai lembaga keuangan menawarkan fasilitas KPR, namun persyaratan yang ketat dan suku bunga yang tinggi seringkali menjadi penghalang. Selain itu, ketidakstabilan ekonomi juga membuat masyarakat menjadi lebih berhati-hati dalam mengambil keputusan untuk berinvestasi di sektor properti.
Film “Home Sweet Loan” tidak hanya menyajikan kisah perjuangan individu, tetapi juga mengkritik sistem. Kaluna harus berjibaku dengan birokrasi yang rumit, persaingan yang ketat dalam mencari rumah, dan tekanan sosial dari keluarga. Hal ini menunjukkan bahwa permasalahan kepemilikan rumah bukan hanya masalah individu, tetapi juga masalah sistemik yang perlu dibenahi.
Apa yang perlu dilakukan?
Pemerintah perlu mengambil langkah konkret untuk mengatasi masalah ini. Beberapa solusi yang dapat dilakukan antara lain adalah dengan meningkatkan pasokan rumah murah, memberikan subsidi bagi masyarakat berpenghasilan rendah, serta menyederhanakan proses perizinan pembangunan rumah.
Selain itu, sektor swasta juga memiliki peran penting. Pengembang properti dapat didorong untuk membangun rumah dengan harga yang lebih terjangkau. Bank juga dapat memberikan suku bunga yang lebih kompetitif untuk KPR.
Namun, solusi jangka panjang tidak hanya terletak pada pemerintah dan swasta, tetapi juga pada perubahan perilaku masyarakat. Masyarakat perlu lebih cerdas dalam mengelola keuangan, menabung secara teratur, dan memanfaatkan berbagai program pemerintah yang ada.
Baca juga: Millenial Perlu Memastikan Tiga Hal Ini Sebelum Membeli Rumah!
Film “Home Sweet Loan” berhasil menyadarkan kita akan pentingnya memiliki rumah. Namun, film ini juga mengingatkan kita bahwa memiliki rumah adalah mimpi yang tidak mudah untuk diraih. Dibutuhkan kerja keras, perencanaan yang matang, dan dukungan dari berbagai pihak untuk mewujudkan mimpi tersebut.
Sebagai penutup, film “Home Sweet Loan” tidak hanya menghibur, tetapi juga menginspirasi. Film ini mengajak kita untuk merenung tentang kondisi sosial ekonomi masyarakat Indonesia dan mendorong kita untuk mencari solusi bersama.