Cemas akan potensi krisis moneter akibat menurunnya nilai rupiah? lebih baik berkontribusi memperkuat mata uang dengan cara-cara berikut.
Akhir-akhir ini perhatian masyarakat tertuju pada berita melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat. Dalam kurun waktu dua bulan terakhir, rupiah sempat beberapa kali nyaris menyentuh angka Rp15.000. Gejolak tersebut tentunya membuat masyarakat khawatir akan kemungkinan terjadinya krisis moneter kedua.
Para pemerhati ekonomi optimistis bahwa melemahnya nilai rupiah saat ini tidak akan berdampak pada krisis moneter seperti yang terjadi pada 1998. Pasalnya, pertumbuhan ekonomi Indonesia saat ini relatif stabil, bahkan meningkat dalam persentase yang signifikan. Di samping itu, cadangan devisa kita saat ini berada di kisaran US$118,3 milyar, jauh berbeda dengan di tahun 1998 yang hanya berjumlah US$18, 3 miliar.
Melemahnya rupiah dan mata uang lain, khususnya negara berkembang, juga sebenarnya merupakan salah satu dampak penguatan suku bunga The Fed akibat kebjikan fiskal Amerika Serikat yang semakin ekspansif.
Gejolak fluktuasi nilai rupiah tampaknya belum akan berakhir dalam waktu dekat. Masyarakat pun diminta agar lebih bijak dalam menyikapi fluktuasi ekonomi ini serta turut berkontribusi dalam memperkuat nilai rupiah. Cukup dengan menerapkan hal-hal sederhana berikut, Anda sudah turut berperan dalam memperbaiki nilai rupiah.
• Tukar Aset dalam USD ke Rupiah
Para pejabat publik dan pengusaha sudah banyak yang menerapkan strategi ini. Penukaran aset dalam USD ke rupiah dinilai sebagai langkah efektif untuk menaikkan kurs. Penukaran aset ke rupiah ini juga harus dibarengi dengan penggunaan rupiah dalam transaksi jual-beli.
Kebijakan yang mewajibkan penggunaan rupiah lazimnya diterapkan di daerah-daerah yang menjadi tujuan wisatawan mancanegara. Dengan kebijakan ini, wisawatan asing akan “dipaksa” menggunakan rupiah. Jika berjalan efektif, nilai kurs dapat merangkak sedikit demi sedikit hingga akhirnya berada di posisi yang lebih stabil.
• Tunda Keinginan untuk Membeli Barang Impor
Mungkin banyak dari kita yang gemar membeli gawai atau barang elektronik keluaran terbaru. Padahal, kebanyakan gawai dan barang elektronik merupakan produk impor. Selain barang elektronik, pengurangan pembelian barang impor juga berlaku untuk sarana transportasi seperti mobil mewah, item mode bermerek, serta kosmetik.
Saat nilai mata uang melemah, yang harus digenjot adalah kegiatan ekspornya, bukan impor. Pengurangan impor ini dapat membantu mengurangi defisit neraca perdagangan dan membantu menstabilkan kurs mata uang.
• Beli Produk Lokal
Pengurangan konsumsi produk impor dapat berperan dalam menguatkan rupiah sekaligus meminimalisasi ketergantungan mata uang terhadap USD maupun mata uang lainnya. Pertimbangan kualitas mungkin bisa menjadi tantangan bagi kita dalam menemukan produk lokal yang sebanding dengan produk impor. Namun, saat ini produk lokal ternyata sudah dapat bersaing dengan berbagai merek impor, tengok saja di bidang industri mode, kecantikan, pertanian, dan pangan.
Dengan membeli produk lokal, Anda tak hanya berpartisipasi dalam menguatkan ekonomi dalam negeri, tapi juga turut menyejahterakan para pelaku industri tanah air, terutama di bidang industri kecil dan menengah.
Sumbangsih terhadap pemilik usaha kecil juga dapat dilakukan dengan menjadi investor. Perusahaan fintech pendampingan usaha seperti gandengtangan.org juga menawarkan program investasi usaha mikro yang akan disalurkan untuk pedagang dan pemilik jasa kecil yang tersebar di seluruh Indonesia. Hanya dengan nilai investasi mulai Rp50.000, Anda sudah turut berpartisipasi dalam membantu usaha masyarakat kecil.
• Jangan Jadi Oportunis
Terkadang tetap ada orang yang mengambil keuntungan dari menguatnya nilai USD dengan menukarkan aset-asetnya ke mata uang Amerika Serikat tersebut demi memperoleh keuntungan. Keuntungan pribadi memang didapat, tapi dampaknya rupiah dapat terus-menerus anjlok.
Butuh komitmen, idealisme, serta nasionalisme yang kuat agar tidak mudah tergoda mencari keuntungan dari nilai dolar yang terus menguat. Selama nilai kurs rupiah masih melorot, cobalah untuk melirik strategi investasi lain dengan keuntungan yang sama besarnya.
• Naik Transportasi Umum
Anda mungkin bertanya-tanya, apa hubungannya transportasi umum dengan usaha memperkuat nilai rupiah? Hal ini berkaitan erat dengan penghematan konsumsi BBM. Berdasarkan sejumlah survei, mobil pribadi mendominasi penggunaan BBM, sedangkan sebagian kecil BBM didapat dari impor. Dengan menghemat penggunaan BBM, pemerintah juga dapat mengurangi impor BBM. Menurut para ekonom, cara ini juga dapat turut membantu menstabilkan nilai kurs rupiah.
• Tunda Traveling ke Luar Negeri
Saat berwisata ke luar negeri, rupiah tentu tidak akan digunakan sebagai alat tukar. Penggunaan mata uang asing, terutama USD, saat jalan-jalan ke luar negeri justru akan semakin memperkuat nilai mata uang tersebut. Akibatnya, rupiah tetap anjlok, sedangkan dolar makin perkasa.
Disadari atau tidak, kita juga turut berperan dalam membuat nilai rupiah tidak pernah beranjak dari posisi rendahnya. Hobi beli barang impor, misalnya, menjadi kebiasaan yang dapat menurunkan mata uang kita. Lebih baik fokuskan energi dan perhatian untuk mendukung investasi usaha mikro dengan membeli produk dalam negeri demi meningkatkan geliat ekonomi tanah air kita.
Anda dapat berinvestasi sekaligus turut serta membangun usaha kecil dengan bergabung menjadi investor di gandengtangan.org. Di platform ini Anda dapat bertemu dengan para pengusaha kecil di seluruh Indonesia. Tak perlu khawatir dengan mekanisme investasi dan proses transaksinya.
Gandengtangan sudah memastikan pemilik usaha yang bergabung diseleksi secara ketat. Anda pun dapat memantau seluruh proses transaksi di dashboard. Ssst, imbal hasilnya juga menarik, lo, bahkan bisa mencapai 15,6% per tahun. Dengan gandengtangan.org, Anda tak hanya menjadi investor, tapi juga dapat berpartisipasi sebagai pemberi dampak sosial nyata bagi pemilik usaha mikro di Indonesia.
Tertarik jadi investor? Klik di sini untuk info lebih lanjut.