“The stories we tell about each other matter very much. The stories we tell ourselves about our own lives matter, and most of all, the way that we participate in each other’s stories is of deep importance”
Jessica Jackley dikenal sebagai seorang pengusaha, investor, dan pembicara. Selama beberapa tahun ke belakang ia fokus dalam upaya untuk inklusi ekonomi, pembagian ekonomi, dan keadilan sosial. Ia juga mengajar mengenai wirausaha sosial di sekolah bisnis di Universitas South Carolina. Jessica adalah salah satu pendiri dari Kiva, sebuah platform P2p Lending online untuk UMKM pertama di dunia. Melalui Kiva, ia sudah menyalurkan pinjaman untuk UMKM sebesar $1 Milyar di seluruh dunia.
Orang Miskin
Jessica banyak mendengarkan cerita saat usia 6 tahun. Salah satu cerita yang membekas baginya adalah cerita mengenai bagaimana kita (orang-orang yang berkecukupan) harus membantu mereka yang kurang beruntung (kaum papa atau orang miskin). Ia senang karena bisa melakukan suatu hal yang bermanfaat untuk orang lain, terlebih lagi untuk mereka yang memang membutuhkannya.
Namun, pandangannya mengenai orang miskin terganggu dengan suatu ungkapan agama yang menyatakan “orang miskin selalu ada bersama kita”. Ia merasa orang miskin seperti menjadi hantu yang akan selalu ada, mengikuti dirinya terus tanpa ada akhir. Ditambah dengan banyak berita yang menceritakan semakin banyak orang miskin dengan berbagai macam permasalahan yang tak kunjung usai, Ia merasa orang miskin itu benar-benar berada pada tempat yang gelap tanpa ada harapan sama sekali.
Mulai saat itu membantu orang miskin menjadi suatu hal yang berbeda baginya. Memberikan bantuan kepada orang miskin hanya menjadi hal transaksional semata baginya, hanya memberikan saat didesak, hanya memberikan bantuan untuk mengurangi rasa bersalah dalam hati, tidak dengan tulus memberikannya, ada keterpaksaan.
Muhammad Yunus dan Perjalanan ke Afrika
Muhammad Yunus menjadi orang yang mengubah kembali pandangan Jessica mengenai orang miskin. Muhammad Yunus adalah pendiri dari Grameen Bank di Bangladesh. Dari Muhammad Yunus, ia mendengar cerita yang benar-benar berbeda tentang orang miskin: cerita tentang seorang Ibu yang bangun di pagi hari dan bekerja keras di peternakannya atau cerita tentang seorang petani yang merawat kebunnya setiap hari. Hal ini memberikan kesan dan suasana yang lebih cerah dan gembira tentang orang miskin.
Jessica menemukan sisi lain dari orang miskin, ia tidak menemukan orang miskin yang hanya penuh dengan kesengsaraan dan tidak ada harapan. Ia juga mengenal microfinance: sebuah layanan keuangan atau perbankan yang melayani orang-orang yang tidak dilirik oleh industri perbankan.
Ia berkunjung dan tinggal di Afrika untuk melihat sendiri tentang kisah yang disampaikan Muhammad Yunus. Orang-orang miskin ini adalah orang-orang yang tekun dan giat bekerja, pekerjaan mereka bisa menjadi lebih cepat dan lebih menguntungkan hanya dengan tambahan modal yang kecil ($25). Dengan tambahan modal tersebut, mereka bisa menyekolahkan anak-anaknya, membeli kelambu untuk melindungi dari gigitan nyamuk, atau bahkan sekadar membeli gula untuk menyuguhkan minuman yang manis untuk tamu mereka. Dan secara bertahap mereka bisa terus meningkatkan kualitas hidup mereka.
Setelah kembali ke Amerika, Jessica dan teman-temannya mempunyai ide untuk mendirikan Kiva, menyebarkan kisah-kisah orang-orang miskin ini kepada dunia. Ia ingin menghapus batas antara orang kaya dan orang miskin, menghapus dikotomi orang yang berada dan orang yang kekurangan. Ia ingin agar batas itu menghilang dan setiap orang bisa lebih saling memahami dan menghapus anggapan-anggapan buruk tentang orang miskin.
Sejak didirikan pada Oktober 2005 hingga saat ini, Kiva sudah bisa menjangkau UMKM-yang kebanyakan adalah orang-orang miskin di 200 negara di seluruh dunia. Banyak orang-orang yang taraf hidupnya meningkat dan terus memunculkan harapan untuk dunia yang lebih baik.
Bagi Jessica wirausaha adalah tentang hari esok yang lebih baik dari hari ini, tentang keyakinan bahwa ada harapan untuk menjadi lebih baik. Pinjaman baginya bukan hanya tentang memberikan uang dan melihat dampaknya, tapi mengenai interaksi secara berkelanjutan. Dan bahwa uang akan jauh lebih berharga jika dibarengi dengan rasa saling memiliki dan itu bisa menyelesaikan banyak masalah-masalah kemiskinan.
“Berhenti dan mendengarkan orang lain bercerita akan membuka banyak kesempatan dan bisa memberikan inspirasi bagi dirimu untuk membuat hal-hal yang luar biasa”
Di Indonesia sendiri, berjejaring, berkomunitas atau lebih dikenal dengan istilah gotong royong sudah menjadi budaya yang biasa kita temui di masyarakat. Selain itu, potensi UMKM di Indonesia juga sangat besar dengan sumbangsih 97% pada lapangan pekerjaan nasional. Kedua hal ini menjadi peluang dan ideal untuk mulai membuat seperti yang sudah Jessica lakukan.
Salah satu platform P2P Lending Online di Indonesia yang memberikan pembiayaan untuk UMKM adalah Gandengtangan.org. Gandengtangan menjadi platform crowdlending online pertama di Indonesia yang memberikan kemudahan untuk meminjamkan dana kepada UMKM dengan hanya modal Rp50 ribu saja. Di Gandengtangan, kamu bebas untuk memilih projek usaha UMKM yang ingin kamu danai dan bisa melihat cerita mereka dalam membangun usahanya.
Jika bagi Jessica sebuah cerita bisa melakukan banyak hal-hal tak terduga, bagaimana dengan dirimu?
</br >