Kebiasaan atau habbit keuangan anak muda di Indonesia mengalami perubahan signifikan dalam beberapa tahun terakhir. Generasi milenial dan Gen Z kini lebih sadar akan pentingnya mengelola keuangan. Data dari OJK menunjukkan bahwa 63% anak muda telah mulai berinvestasi pada 2023. Mereka lebih terbuka terhadap produk keuangan modern, seperti investasi digital dan fintech.
Namun, masih terdapat isu yang mengganggu kebiasaan keuangan anak muda. Banyak dari mereka terjebak dalam utang konsumtif. Survei dari Credit Bureau Indonesia menunjukkan bahwa 42% anak muda memiliki utang kartu kredit yang tidak terkelola. Selain itu, kurangnya literasi keuangan juga menjadi tantangan. Hanya 38% anak muda yang paham tentang pentingnya perencanaan keuangan yang baik.
Meskipun 63% anak muda telah mulai berinvestasi, banyak yang masih terjebak dalam utang konsumtif. Pendidikan keuangan yang kurang memadai menjadi salah satu penyebab utama. Di negara maju, seperti Amerika Serikat, sekitar 60% anak muda memiliki tabungan rutin, sementara di Indonesia, fokus lebih banyak pada konsumsi. Anak muda di Indonesia lebih mudah terpengaruh oleh iklan dan media sosial, yang sering kali mempromosikan gaya hidup mewah. Hal ini mengakibatkan perilaku boros, di mana mereka sering mengeluarkan uang untuk barang-barang yang tidak perlu. Data menunjukkan bahwa 50% anak muda mengakui sulit menahan diri dari pembelian impulsif.
Perbandingan dan Pola Pikir
Ketika membandingkan kebiasaan keuangan anak muda Indonesia dengan negara lain, terdapat perbedaan mencolok. Di negara maju, anak muda lebih cenderung mengalokasikan dana untuk tabungan dan investasi jangka panjang. Menurut data OECD, sekitar 60% anak muda di negara maju memiliki tabungan rutin. Sebaliknya, di Indonesia, fokus lebih pada konsumsi dan gaya hidup. Banyak anak muda berinvestasi di barang konsumsi, alih-alih membangun aset.
Selain itu, ketidakpastian ekonomi global juga mempengaruhi pola pikir anak muda. Banyak yang merasa cemas tentang masa depan keuangan mereka, sehingga mereka lebih memilih untuk menghabiskan uang saat ini ketimbang menabung. Ini menciptakan siklus di mana kebutuhan mendesak mengalahkan perencanaan jangka panjang.
Perubahan kebiasaan ini menunjukkan potensi besar, tetapi juga tantangan yang harus dihadapi. Kesadaran akan pentingnya perencanaan keuangan perlu ditingkatkan. Pendidikan keuangan perlu untuk membantu anak muda mengelola keuangan mereka dengan lebih baik. Generasi muda harus belajar membuat anggaran, berinvestasi, dan menghindari utang yang tidak perlu. Membangun kebiasaan menabung dan berinvestasi sejak dini akan membantu mereka meraih masa depan yang lebih stabil. Dengan demikian, mereka dapat membangun masa depan keuangan yang lebih stabil dan sejahtera.